Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

INGIN

Aku tidak tahu jalan hidupku seperti apa. Rasanya aku tak punya pilihan selain menjadi orang baik. Aku percaya sekali dengan pernyataan jika aku menjadi orang baik maka akan banyak kebaikan datang kepadaku. Awalnya setelah aku lakukan, tak ada apapun kebaikan yang datang kepadaku, tak ada apa-apa. Bahkan meminta pertolongan pun hanya hujan yang mendengar, mengerti apa perasaanku. Tapi ternyata, kebaikan bukan dari siapa saja yang aku inginkan. Kebaikan datang dari sang Pencipta. Aku telah diberi banyak hal baik di hidupku, mulai dari aku bisa bangun dari tidur, membuka nata, bernafas, berjalan, buang air, makan, mengambil, memasak, berpikir, dan banyak sekali. Aku juga diberi kebaikan oleh karena aku masih sehat. Aku masih percaya perkataan itu. Meskipun sedikit kecewa kepada sesama manusia, bahwasannya masih banyak yang kurang memahami apa makna gotong royong, saling membantu, musyawarah, sopan santun, dan lainnya yang membicarakan tentang perilaku kita untuk berkomunikasi.

PILIHAN

Awalnya aku tidak ingin menjadi orang baik, karena kebanyakan di cerita film-film, orang baik pasti pergi dari dunia duluan. Saking baiknya, Tuhan membawanya pergi duluan, meninggalkan orang-orang yang mencintainya. Entah karena dia sakit, dia dibunuh, kecelakaan, apapun. Mungkin lebih baik dia seperti itu. Pikirannya lebih tenang. Tapi meninggalkan jejak luka yang dalam buat orang sekitarnya. Aku juga tidak bisa menjadi orang tidak baik atau jahat. Hatiku terlalu lembek dan kurang tertantang akan hal seperti itu. Bahkan aku penakut, pengecut, pecundang, penangis memang. Tapi orang jahat kehidupan akhirnya buruk. Jadi aku lebih memilih menjadi orang baik.

Merah Muda

Katanya merah itu lambang keberanian. Tapi, sedikit dia memudar menjadi muda, ia adalah warna wanita. Mungkin, menurutku merah muda adalah

Dua bagian bibir yang menyatu tapi tak satu

Aku punya bibir. Sepasang bibir. Ia dapat mengartikan segala hal. Ia dapat baik sekali, atau jahat sekali. Ia hanya bekerja jika pikirannya menyuruh. Tanpanya, aku bukan apa. Tanpanya, segalanya tak akan memahamiku. Tanpanya, tak ada yang tahu arti pikiranku. Bahkan meskipun tanganku bisa menuliskannya, hanya ia yang bisa.